Salah satu teka-teki yang saya dapat ketika seliweran di website fanfiction,

Ketika PAGI dan SIANG hari aku berdiri sendiri
Ketika MALAM tiba-tiba aku menghilang
Aku di tengah AIR dan di ujung API
Tanpaku, DUNIA dan CINTA tak akan ada.

Clue: hal rumit biasanya berasal dari hal-hal yang sederhana

View on Path

Recipe : Oreo Cheese Cake

okay, im back with my promise. I wanna posting few recipes from my own idea or from i got in my campus. I hope it can be usefull 🙂

IMG_2279

Ingredients :

  • Chocolate sponge cake (for base)
  • Cream Cheese 250 gr
  • Icing sugar 120 gr
  • Lemon juice 1 tbsp
  • Whipped cream 200 ml
  • Gelatin 10 gr
  • Oreo, throw the cream.

Procedure :

  • Mix cream cheese until soft, pour icing sugar and lemon juice mix again.
  • Pour whipped cream and gelatin.
  • The last, add Oreo crumbs, stir with only 5 times  with rubber spatula.
  • Molding the chocolate sponge cake for base, pour the Oreo cheesecake on top. For best shape and easy cheese cake, use piping bag when put the cheese cake into mold.
  • And let Frozen.

Topping :

  • Whipped cream and sliced oreo.

that’s all, if you want to ask about this recipe you can leave on comment box or mention @Annisafishy.

Thank You 🙂

Comeback!!

Holaaaaaaaaaaaa…

Kangennya nulis setelah hiatus sekitar… 8 bulan! Banyak faktor yang bikin saya hiatus begitu lama, dari ujian masuk universitas sampai jadwal kuliah yang tidak memungkinkan saya cuap-cuap di wp. Seperti lagu tasya ‘Libur Telah Tiba’ saya mendapatkan libur sekitar dua minggu dalam rangka natal dan tahun baru. Nah… waktu yang begitu berharganya kenapa tidak saya sempatkan untuk kembali kerumah kedua saya?
Memang saya sengaja comeback –ceilah, kayak boyband aja comeback–di penghujung tahun, karena momentnya pas aja buat cerita dan ngulas apa aja yang terjadi selama 2013. Bisa dibilang ini tahun yang penuh sejarah. Saya UN dengan paketnya yang banyak, ujian masuk universitas dan berujung saya masuk akademi pariwisata jurusan pastry ; saya akan cerita tentang kampus saya di lain kesempatan. Di 2013 juga saya pisah dan bertemu dengan banyak orang baru, pengalaman baru juga saya dapat di 2013. Intinya tahun ini adalah tahun yang berkesan dan mungkin akan sangat saya rindukan. Ujungnya boleh angka 13 tapi sungguh, tidak ada kesialan sedikit pun di dalamnya. Malah tahun yang penuh berkah dan keajaiban. Semoga di tahun berikutnya kita bisa lebih baik dan banyak berinovasi.

Hm… baiknya saya akhiri dulu sampai disini cuap-cuap comebacknya saya. Dalam beberapa hari kedepan saya mungkin akan nge-post resep dan ff yang sempat saya buat beberapa bulan lalu. See you next post.

Short Story : Can I?

Cast : EXO’s Xi Luhan | OC

Genre : Friendship | Romance

Length : One shoot

Disclaimer : Luhan milik SM Ent. May be oneday he is mine :p. Don’t copypaste please! Alur dan OC milik saya. Kesamaan jalan cerita dan lain-lain hanya kebetulan. Cerita ini juga pernah saya post di fanfiction.net

A/N : hohoohohooho akhirnya aku balik setelah hiatus yang lama! Kembali ngepost dengan salah satu ff 🙂 semoga suka yaaa

 

                                                                                                          |

 

“Apa aku bisa?” ia mengutarakan pertanyaannya pada Luhan. “Tergantung? Lihat, apakah sudah sanggup? Apakah sudah bertekad?”

“Entahlah, aku hanya…merasa‒” ia terdiam, lalu melanjutkannya, “‒sering teringat.”

Luhan menyandarkan tubuhnya senyaman mungkin pada pohon besar di taman komplek, tempat itu tampak sepi dan hanya ada mereka berdua, “saranku, alihkan saja  pikiran mu,” lanjut Luhan.

“Mengalihkan? Seperti?”

“Ya, mengalihkan pada sesuatu yang lebih penting, misalnya…aku?” jawabnya enteng.

Gadis itu melihat wajah lawan bicaranya dengan malas, “jangan bercanda, Luhan. Aku sedang tidak ingin bercanda.”

“Aku serius! coba sesekali kau melihat kebelakangmu,” kini Luhan mengarahkan pandangannya pada gadis disampingnya, “jangan hanya terpaku pada punggung orang di depanmu yang tak pernah sekalipun menoleh kerahmu,”  Gadis itu terdiam, ia seperti tertampar oleh kata-kata Luhan barusan.

“Kalau aku menoleh, apa benar-benar ada orang dibelakangku?” gadis itu menghela napas panjang, ragu sekaligus ingin memutuskan langkah selanjutnya. “Tentu, tanpa harus menyapanya kau akan di datangi olehnya. Seperti yang aku bilang, kau hanya perlu berbalik ke belakang,” ujar Luhan mantap, sudah berapa lama ia meyakinkan gadis ini untuk tidak selalu berlaku sama‒terpaku pada seseorang yang tak mengubrisnya sedikitpun. Luhan bukan tidak suka menjadi tempat yang dituju gadis itu kala ia patah hati karena orang lain. Luhan terlalu sakit melihat gadis itu menangis.

Luhan melihat langit disekitar mereka mulai gelap, ia melirik jam tangannya yang sudah mengarah ke angka enam, “pantas gelap,” pikirnya. Ia bangkit dari duduknya lalu menepuk bekas-bekas tanah yang menempel dicelananya. “Baiklah, sepertinya malam ini aku harus merenung dengan baik dan dalam. Apakah aku tetap memandangi pungung orang di depan ku atau segera berbalik ke arah belakang ku,” ucap gadis itu diiringi tawa halusnya.

Sebelum benar-benar beranjak dari situ Luhan kembali meyakinkan lagi gadis yang telah mendewasa bersamanya itu, “Terserah kau, jangan sampai kau terbebani. Tidak ada yang memaksamu disini, benar-benar tanya hatimu. Orang dibelakang mu tetap akan menunggu.”

Gadis itu tertegun, masih ragu. “Ayo kita pulang, langitnya sudah gelap sekali,” ajak Luhan, gadis itu mengangguk dan segera mengambil helmnya. Mereka pun segera melesat dari taman itu dengan motor sport Luhan.

Disenja itu tersisa satu pertanyaan yang belum terjawab untuk gadis itu, “apa kau orang yang ada di belakang ku, Luhan?”